Polemik Mata Elang Si Pemburu Debitur Macet

September 08, 2021
Rabu, 08 September 2021

 


LEBAK, BeritaKilat.Com - Polemik    Mata Elang Si Pemburu Debitur Macet Menjadi Perbincangan Hangat Bagi Debetur yang mempunyai Tunggakan.

Ini salah satu Tanggapan Pengurus LPKSM CAKRABHUANA DPC LEBAK dan Pembina DPC LPKSM CAKRABHUANA. EMAN SULAEMAN Rabu 08/09/2021.

Selaku Ketua DPC LPKSM CAKRABHUANA Lebak. Judin Sutisna  Memaparkan Kepada Awak media Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha, menyebut bahwa setiap transaksi sewa guna usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian. Pada leasing, lazimnya juga diikuti dengan perjanjian jaminan fidusia. Perjanjian fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada debitur yang melibatkan penjaminan. Jaminan tersebut kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Pada perkara ini harus diketahui terlebih dahulu, apakah unit fidusia tersebut sudah dijaminkan fidusia atau tidak". Paparnya Rabu 08/09/2021

Dan Selaku Pembina DPC LPKSM CAKRABHUANA Eman Sulaeman yang biasa disapa kesehariannya (SULE)

Menjelaskan Apabila transaksi tidak diaktakan notaris dan didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia, maka secara hukum perjanjian fidusia tersebut tidak memiliki hak eksekutorial dan dapat dianggap sebagai hutang piutang biasa, sehingga perusahaan leasing tidak berwenang melakukan eksekusi, seperti penarikan motor (lihat Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia). Selain itu eksekusi yang dilakukan harus melalui putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Pihak leasing tidak berwenang melakukan eksekusi penarikan motor tersebut. Eksekusi haruslah dilakukan oleh badan penilai harga yang resmi atau Badan Pelelangan Umum. Jika terjadi penarikan motor oleh pihak leasing tanpa menunjukkan sertifikat jaminan fidusia, itu merupakan perbuatan melawan hukum.

Sejak 2012, Kementerian Keuangan telah menerbitkankan peraturan yang melarang leasing untuk menarik secara paksa kendaraan dari nasabah yang menunggak pembayaran kredit kendaraan (Peraturan Menteri Keuangan No.130/PMK.010/2012)

Tindakan leasing melalui debt collector yang mengambil secara paksa kendaraan berikut STNK dan kunci motor, dapat dikenai ancaman pidana. Tindakan tersebut termasuk kategori perampasan sebagaimana diatur dalam pasal 368 KUHP.  Selain itu, tindakan tersebut termasuk pelanggaran terhadap hak nasabah sebagai konsumen (Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen". Tegasnya

Dan selaku Wakil Ketua LPKSM CAKRABHUANA Agus Guntur Menambahkan Jika memang perjanjian pinjaman dana yang di lakukan belum didaftarkan jaminan fidusia, atau Kantor Pendaftaran Fidusia belum menerbitkan dan menyerahkan sertifikat jaminan fidusia kepada perusahaan leasing, maka tindakan penarikan paksa jaminan fidusia dan pembebanan biayanya adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Namun, terkait hutang yang di miliki tetap harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian. Selanjutnya, langkah penyelesaian terhadap permasalahan tersebut dapat ditempuh diantaranya, (1) Mengupayakan mediasi sebagai upaya alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK); (2) Melaporkan tindak pidana perampasan kendaran ke pihak kepolisian; (3) Mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum ke Pengadilan Negeri terkait penarikan unit fidusia secara paksa"Tambahnya.

Reporter : Din


Thanks for reading Polemik Mata Elang Si Pemburu Debitur Macet | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 comments on Polemik Mata Elang Si Pemburu Debitur Macet

Posting Komentar

Translate